Gusnar Ismail Siap Manfaatkan Incinerator untuk Tingkatkan Sumber PAD

Gusnar Ismail Siap Manfaatkan Incinerator untuk Tingkatkan Sumber PAD

Gusnar Ismail Siap Manfaatkan Incinerator untuk Tingkatkan Sumber PAD-Mila-Dok. Pemprov Gorontalo

JAKARTA, DISWAY.ID - Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail, mengincar Gorontalo.disway.id/listtag/1516/limbah">limbah sampah medis dari Sulawesi Utara (Sulut) untuk diolah di Gorontalo.

Limbah berbahaya dan beracun (B3) tersebut dapat diolah di Gorontalo karena telah memiliki incinerator limbah B3 dan non B3 yang diberikan hibah oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Fasilitas pengolahan limbah B3 di Gorontalo mampu mengolah sampah medis dengan kapasitas 200 kg per jam, dan inilah peluang yang ingin dimanfaatkan Gusnar dengan menggandeng provinsi tetangga untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

"Dengan Gubernur Sulawesi Utara, kami telah membangun komitmen untuk memanfaatkan incinerator ini. Kami memiliki alat pemusnah limbah B3 dan Pak Yulius berkomitmen untuk memusnahkan seluruh Limbah B3 dari rumah sakit Sulawesi Utara di Gorontalo," ungkap Gusnar saat meresmikan pengurus Dekranasda di Gedung Bele li Mbui, Kota Gorontalo, Sabtu 26 April 2025.

BACA JUGA:Pengukuhan Ketua dan Pengurus Dekranasda Masa Bakti 2025-2030 di gedung Bele Limbui Kota Gorontalo

Lebih lanjut, Gusnar mengatakan bahwa nilai dari sampah medis sangat tinggi. Biaya pemusnahan sampah per kilogramnya mencapai Rp4.500.

Incinerator Gorontalo yang diresmikan tahun lalu di Desa Talumelito, Kecamatan Telaga Biru diklaim sebagai yang terbesar se-Sulawesi.

"Ini merupakan sumber PAD yang potensial. Para hadirin, satu kilogram sampah medis untuk dipusnahkan harganya sekitar Rp4.500. Bayangkan jika dari Sulawesi Utara dengan berbagai macam rumah sakitnya, kemungkinan besar bisa satu kontainer penuh," tambahnya.

Berdasarkan data yang ada, ungkapan Gusnar merupakan langkah yang masuk akal. Jumlah fasilitas kesehatan (Fasyankes) di Provinsi Gorontalo mencapai 147 unit, terdiri dari 14 rumah sakit, 96 puskesmas, dan 37 klinik.

BACA JUGA:Lampung CSR Award 2025: Apresiasi Program CSR Berdampak bagi Masyarakat & Lingkungan

Limbah B3 yang dihasilkan dari Fasyankes tersebut diperkirakan mencapai 2.375 Kg per hari atau 856.000 Kg per tahun.

Kapasitas pengolahan limbah ini dapat ditingkatkan dengan menampung limbah dari daerah lain sekaligus untuk meningkatkan PAD.

Melalui kerjasama antarprovinsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi kedua provinsi serta membantu mengurangi dampak negatif dari limbah medis terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Gusnar Ismail memimpin upaya ini dengan visi yang jelas dan komitmen yang kuat untuk menjadikan Gorontalo sebagai pusat pengolahan limbah medis yang terpercaya dan berkontribusi positif bagi penciptaan PAD.

Sumber: